The 13th Room, Bagian KeEnam


SEQUENCE 19
LOKASI PENAMBANG BATU - SIANG HARI


{Sebuah kali berhulu dari Gunung Merapi yang bermuara ke laut selatan, terlihat lebih mirip sebuah jurang dalam ketimbang Kali, sebuah jalan seukuran 3.5 meter di buat menuju dasar kali, jalan ini di buat untuk laju truk-truk juga para pekerja tambang turun ke Kali, Kali ini tidak memiliki air, padahal Kali ini hulu dari Kali yang panjangnya lebih kurang 70 Km,  namun di antara Hulu dan Hilir ada sebuah mata air Abadi, tak pernah mengering, dari sanalah sumber air yang mengalir ke hilir ke sawah-sawah penduduk sebagian mengalir ke tangki-tangki PDAM setempat. Oleh karena area Hulu yang selalu kering, kecuali bila turun hujan, maka lokasi ini memudahkan para penambang. Batu-batu di sini terbentuk dari banjir lava Gunung berapi, hingga batu-batu di sini tidak memiliki kepadatan seperti batu-batu gunung biasa, hal ini memudah kan pemahat dalam merubah batu-batu ini menjadi Patung yang bernilai seni dan uang

Andy, Bedhoot, Djodi dan Rima berdiri di atas tebing Kali tersebut, mereka asyik terbenam dalam ketabjuban sendiri-sendiri, Kali yang mengalir di antara dua bukit pandangan panorama luas di antara ilalang beberapa pohon tanggung terlihat tumbuh di area ini, tidak terdapat pohon-pohon besar di sini, sehingga gagahnya Gunung Meurapi terlihat jelas dari sini, bekas lava yang memutih di sisi timur Merapi dan beberapa pohon yang tumbuh di sekitar lereng, namun 2 per 3 ke atas sampai puncak terlihat gundul, merupakan ke asyikan lain melihat Merapi dari dekat. Luar Biasa}

RIMA :Luar Biasa,...baru pertama ini aku melihat Merapi dari jarak sedekat ini, Luar biasa...Luar Biasa, ini kekaguman luar biasa untuk aku.

ANDY            :Bagaimana menurut mu Djod,...

{Ketika Andy, Djodi dan Rima masih beridiri di tebing, sementara itu Bedhoot terlihat berlarian kecil menuju bawah tempat para penambang terlihat sedang bekerja}

DJODI            :Ya aku sependapat dengan Rima, dulu bagi ku Merapi lebih terkesan dan terlihat anker apalagi aku melihat nya dari Jogya yang jauh di bawah sana (Sambil menunjuk ke arah selatan tempat mereka berdiri), apalagi bila mendengar cerita-cerita yang berkembang di masyarakat lebih memenuhi sisi angker dari pada indah nya, sekarang lihat lah,...(Djodi seperti sedang berada di sebuah panggung theater, berputar sambil kedua tangannya di rentangkan kepalanya di tengadah) betapa Merapi dan panorama di sekitar merupakan karya seni sempurna dari yang Agung. Hirup... hirup lah kesegaran udaranya, penuhilah rongga dada mu yang sesak itu, ha ha ha ha ha hu... hu...hu...hu...

{Andy dan Rima sempat tertegun sebentar pada ekspresi Djodi yang serta merta itu, apalagi sebelumnya mereka tidak pernah melihat Djodi seperti itu, sementara Djodi terlihat kedua lututnya di tanah sebagai tumpuan bagi tubuhnya yang lain}

ANDY            :Hey Djod...kamu baik- baik saja,...?!

DJODI :Yes man,...I’m Fine

RIMA :(Rima mendekat ke Djodi, menjongkok biar posisi nya setara dengan Djodi, lalu setengah berbisik kepada Djodi) bahasa ungkapan mu tadi tidak begitu jelek, spontan dan sangat mengena, aku senang mendengarnya

DJODI            :(Djodi memandang Rima)  Thanks Rima, kamu begitu manis untuk ku

{Andy tidak berusaha mendekat, ada pengertian dalam dirinya, dia hanya berdiri di tempatnya semula sambil melihat ke arah mereka}

RIMA :(Rima tidak menjawab tidak juga tersenyum, lalu wajahnya di arahkan ke Ngarai, kemudian ) Djod,...coba kamu lihat ke lembah sana ada banyak pohon berbagai ukuran telah membentuk panorama indah melalui daunnya. Aku pingin kamu suatu waktu ke sana biar kamu lebih mengerti bagian keseluruhan dari pohon tersebut, hingga bukan hanya daun yang bisa kamu lihat namun juga ranting, dahan, batang dan akar juga tanah tempat dimana mereka mendapatkan makananya, nasehat ku kamu harus berhati-hati bila ke sana, karena kamu harus bisa membedakan mana semak dan mana belukar.

DJODI            :Rima tidakkah kamu melihat usaha ku ke arah sana,...?! aku sudah di sana sekarang, cuma beri aku sedikit lagi waktu hingga aku bisa membilah antara daun dan ranting, batang dan akar... Thanks Rima

ANDY            :(Andy memanggil mereka berdua) Halo kalian...mau turun ke bawah nggak,...?!

RIMA :(Bangun dari duduknya sambil menarik tangan Djodi) Ya aku ikut...

{Lalu mereka bertiga turun ke dasar kali tersebut di mana terlihat beberapa penambang gigih merontokkan bebatuan ukuran raksasa, Bedhoot sudah kedahuluan namun dia tidak kelihatan di antara penambang. Untuk sementara mereka mengabaikan Bedhoot, Rima, Andy dan Djodi sesekali terlihat terlibat pembicaraan dengan penambang, setelah merasa lelah melihat-lihat, lalu Rima bertanya kepada Andy dan Djodi}

RIMA :Bedhoot kemana ya,...?! Kok aku sedari tadi tidak melihat dia.

ANDY            :Biasa paling dia sedang ke bawah sana (Sambil menunjukkan ke hilir Kali)

DJODI            :Kalau Gitu Ayoo Kita susul dia

RIMA :Ya ayoo kita susul dia, aku tidak mau sesuatu terjadi padanya

ANDY            :(Andy tertawa kecil) He he...jangan khwatir aku tahu kemana dia pergi. Ayo kita susul dia

{Mereka kemudian menyisir Hilir Kali tersebut, tak lama kemudian mereka mendapati Bedhoot sedang mandi Air pancuran yang keluar dari Mata air di tebing kali tersebut}

BEDHOOT :(Ketika tahu siapa yang dilihatnya, lalu memanggilny) Heyyy kalian yang di sana...mari bergabung dengan ku. Nikmatilah segarnya air pegunungan dijamin bersih belum tercemar. Ayoo bergabunglah dengan ku.


RIMA :Menyesal sekali aku tidak bawa pakaian salinan, bila tidak pasti aku juga sangat ingin mandi dipancuran.

DJODI            :Iya aku juga pingin, tapi Andy gak kasih tahu sebelumnya kalau di sini ada mata air

ANDY            :Maaf sebesarnya maaf kawan tadi nya aku memang lupa memberitahukan kalian tentang mata air ini, jangan khwatir kita bisa kembali lain waktu, bukan...?!

ANDY            :(Andy memanggil Bedhoot) Hey Dhoot...Kita harus pergi sekarang

BEDHOOT :(Masih asyik mengguyur tubuhnya dengan air pancuran) Mau kemana Coiii. Aku lagi Asyiiik Nieee

ANDY            :Aku mau antar Djodi sama Rima ke tempat pak Doel...kamu mo ikut atau kita bertemu di Joglo nanti jam 04:00 sore

BEDHOOT :Ok kawan...Aku gak bisa...lagi basah kuyub niee...

BEDHOOT :(Minta maaf pada Djodi & Rima) sorry Djod,...Rim...Sorry ya. Sampai nanti di Joglo

DJODI            :Ok Dhoot have fine

{Kemudian Andy, Djodi & Rima meninggalkan Bedhoot yang lagi Asyiik mandi di pancuran}


SEQUENCE 20
KEBUN SAYURAN PAK DOEL - PETANG HARI


{Sebuah Kebun Sayur tidak terlalu besar kira-kira seluas 200 meter persegi, ada sebuah Rumah Panggung di tengah-tengah kebun. Tanahnya tidak begitu datar sedikit berbentuk lereng karena letaknya di antara bukit-bukit kecil, ada banyak kebun selain kebun pak Doel di area ini, namun umumnya mereka tidak bertempat tinggal di sini, mereka memiliki rumah di ujung kampoeng, dan umumnya juga para pekebun di sini hanya menanam jenis Sayuran saja. Sehingga sejauh mata memandang kita akan melihat panorama alam bukit & dataran hijau oleh Sesayuran dan beberapa dangau-dangau sebagai tempat istirahat menambah indah nya alam perbukitan di sini. Sungguh menabjubkan.

Pak Doel terlihat sedang menyiram sayuran ketika Andy, Djodi & Rima datang. Pak Doel lelaki perkotaan yang hijrah ke pebukitan ini tak lama berselang setelah isterinya meninggal dunia yang memberikannya dua orang anak, laki dan perempuan, sekarang masing mereka telah menikah dan memiliki pekerjan tetap. Sekali dalam sebulan mereka datang menjengguk Pak Doel, mereka masih memiliki komunikasi dan hubungan baik. Pak Doel dulunya adalah Seorang Jurnalis sebuah surat kabar yang terbit di Kota Y, namun akhirnya dia memutuskan untuk berhenti pada umurnya yang ke- 50, setelah mengabdi 22 tahun di Surat Khabar tersebut dan sekarang dia sudah berusia 56 tahun, padahal waktu itu dia sudah duduk sebagai Chief Redaktur. Pak Doel meninggalkan kehidupan Kota dengan segala kesibukannya bukan karena dia depresi karena di tinggal Istri yang di cintainya, namun lebih kepada suasana bathin dan pencaharian terus menerus dalam pergumulan antara kebenaran hakiki dan hidup ritmis dengan impian maya yang kita bangun dalam pondasi maya, pak Doel sadar akan hal itu dan akhirnya dia memilih tinggal di sini bukan untuk menceraikan dunia, karena toh setiap hari dia masih bisa berkomunikasi dengan sesama masyarakat di sini, bahkan masyarakat di sini mendudukkan pak Doel sebagai penasihat mereka, baik sebagai penasihat spritual maupun masalah umum dan kompleks lainnya. Hal itu diketahui oleh Andy setelah sebulan dia mengenal Pak Doel, bagi semua orang di sini pak Doel adalah sosok orang Bijak

Andy, Djodi dan Rima sudah berada dalam kebun Pak Doel, mereka terlihat berjalan ke arah pak Doel yang sedang menyiram sayuran}

ANDY            :Selamat Petang pak Doel...maaf pak Doel saya harap tidak terganggu dengan kedatangan kami. Ini kedua teman saya yang pernah saya ceritakan kepada pak Doel tempo hari, mereka sangat ingin mengenal Bapak dari dekat.

PAK DOEL :(Pak Doel menghentikan aktifitas nya lalu menyalami mereka satu persatu, lalu) Oh iya...mari Nak ke Gubuk saya

RIMA :Maaf...kami telah mengganggu pekerjaan Bapak.

PAK DOEL :Kalian tidak mengganggu saya, itu tadi Sayuran terakhir yang harus saya sirami. Ayo mari ke Gubuk (Sambil menyilahkan, lalu mereka bersama-bersama ke rumah panggung yang di panggil gubuk oleh pak Doel)

SEQUENCE 21
RUMAH PANGGUNG PAK DOEL - PETANG HARI


{Rumah panggung dari papan berbentuk persegi 4 berukuran kurang lebih 6 X 6 meter bujur sangkar, atap nya dari anyaman dedaunan, lantainya setinggi 1.5 meter , ruangan terbagi kepada tiga bagian, kamar tidur, dapur dan satu ruangan terbuka, terbuka karena hanya diberikan dinding seperempatnya saja, beberapa lukisan Abstrak terpangpang di sana. Di ruangan ini pak Doel biasanya menerima tamu, melukis di kala ingin dan lain sebagainya

Ada sebuah guci besar berisi air terletak di pinggir kanan tangga, terlihat pak Doel membersihkan kakinya di sana sebelum dia menaiki tangga tersebut. Sementara Andy, Djodi dan Rima hanya melepaskan sepatu saja, kemudian mengikuti pak Doel naik ke atas, di sana terlihat pak Doel telah duduk menyandar ke salah satu dinding menghadap ke timur sementara di sisi kirinya terlihat tumpukan sayuran siap di angkut ke pasar, namun pak Doel tidak membawanya ke Pasar, karena sudah ada langganan tetap seorang Bakul yang rutin mengambilnya jam 05:00 setiap sore}

PAK DOEL :(Pak Doel bangun dari duduknya , meyilahkan mereka duduk ) Mau tak buatkan Kopi atau Teh...? kebetulan juga masih ada Ubi goreng di dapur.

KOOR            :Gak usah repot-repot Pak...

PAK DOEL :(Pak Doel orang nya cepat akrab dengan siapa pun, dengan cepat pula dia bisa menyesuaikan gaya omongan)  Ayo lah kalian pasti pingin setelah mencobanya (Setelah itu pak Doel menuju dapur dan tak lama kemudian pak Doel telah keluar dengan membawa 3 gelas kopi plus ubi/telo dan pisang goreng)

PAK DOEL :Nah ini dia yang kalian tunggu, ayoo di coba

{Mereka benar terkagum pada orang Tua yang satu ini, dia tahu betul bagaimana membuat orang merasa nyaman dan akrab secepat kilat dan aneh nya lagi mereka merasa dalam sekejab sudah menjadi seperti bahagian dari keluarga pak Doel, sungguh pribadi yang mengagumkan, puji Rima dalam hatinya. Biarpun mereka di akrabi seperti itu, namun ketika pak Doel yang bernama Asli Zoelkarnain ini menyilahkan mereka minum, mereka terlihat masih malu dan segan juga, pak Doel ngerti betul kekakuan saat itu}

PAK DOEL :Jangan merasa sungkan, mari di sambi (Akhirnya bahasa jawanya keluar juga, walaupun dia bukan seorang asli Jawa, namun mantan isterinya asli Jawa. Pak Doel sendiri pendatang dari Sumatera)

{Djodi dan Rima yang sebelum bertemu Pak Doel sepertinya banyak masalah dan keluh kesah ingin disampaikan kepada pak Doel ini, namun ketika bertemu sosok pak Doel yang suka bekaos Oblong ini semua masalah seperti menghilang, rasanya sudah tak ada lagi yang harus di tanyakan, semua jadi ringan di sini tak ada beban, penderitaan juga ketakutan pada hari esok serta takdir yang menghampiri, semua jadi rilex}


{Ketika suasana santai mulai tercipta di antara mereka, mulai lah Pak Doel memulai dengan Pembicaraan yang lebih serius}

PAK DOEL :Kalian sebenarnya tidak datang bertiga, terutama pada Djodi & Nak Rima ada yang mengikuti kalian (Seketika itu juga Djodi & Rima tersentak kaget terlihat rasa ketakutan pada wajah mereka, namun pak Doel melanjutkan lagi paparannya) tetapi sebaiknya kalian tidak perlu takut dengan kekuatan yang berseberangan tersebut. karena sesungguhnya kekuatan pelindung masing kalian lebih besar dari kekuatan makhluk itu, dan selama kalian masih menjaga kekuatan pelindung masing-masing kalian tersebut InsyaAllah makhluk Halus itu tak punya hak atas kalian.

{Rima dan jodi mendengar tanpa kata, mereka benar-benar masih tertegun atas penuturan dan pemaparan Pak Doel, Djodi dan Rima saling beradu pandang beberapa saat, mereka ingin mengatakan bagaimana Pak Doel bisa tahu, sebelum mereka mengatakan, pak Doel kedahuluan menjawab mereka}

PAK DOEL :Sesungguhnya Pengetahuan Yang Maha Kuasa itu meliputi langit dan bumi dan juga di antara keduanya, Dia akan memberikan pengetahuan pada siapa saja yang Dia inginkan, sesungguhnya Allah maha kuasa Atas segala sesuatu.

{Rima dan Djodi tambah tak bisa berbicara, bukan karena ketakutan namun semata kekaguman saja bagaimana bisa seorang tua suka pakai kaos oblong, berambut Gondrong lagi tanpa jubah atau surban di kepalanya, sebagai mana kebanyakan penampilan para Ulama, pemimpin suatu aliran/sekte yang berkedok Islam atau kebanyakan Rohaniwan,      lalu bicara tengtang KEBENARAN yang ujung-ujungnya adalah Uang}

RIMA :(Rima mulai membuka bicara) Bagaimana caranya menjaga kekuatan pelindung yang telah ada pada masing-masing kami ini bisa terjaga selamanya...

PAK DOEL :Yang pertama jangan pernah sekali-kali memberikan kesempatan kepada mereka walaupun sekecil apapun, apalagi dengan sengaja memuja, atau mengundang dengan perantara makanan dan wewangian, pada malam-malam tertentu. Hal demikian menandakan kita takut kepada mereka karena rendah nya rasa percaya diri lalu kita mengadakan ritual tertentu supaya mereka mahu menjadi teman kita dan ini sudah kesalahan Kedua. Yang ketiga kita lengah dari berbuat dosa, sekecil apapun dosa itu, karena dosa sama dengan menzalimi diri sendiri. Hal ini akan menjadi perangkap syaitan, karena perbuatan dosa telah membuka pintu bagi syaitan untuk masuk lebih jauh ke dalam diri kita hingga pada akhirnya dia akan menguasai seseorang yang dia masukin tersebut

DJODI            :Rendah nya rasa percaya diri bisa membawa celaka, bagaimana kita dapat mengetahui dan menumbuhkan rasa percaya diri itu Pak.

ANDY            :(Andy sedari tadi tidak ikut terlibat dialog tingkat tinggi ini, menyimak pembicaraan posisi terbaik baginya saat ini, mengingat dia kurang referensi tentang ini)

PAK DOEL :Pertama Kita harus memilah dulu, bahwa rasa percaya diri yang kita maksudkan di sini adalah bukan Menumbuhsuburkan Kesombongan. Yang ke dua untuk dapat mengetahui dan menumbuhkan rasa percaya diri itu setiap kita harus menemukan jawaban dari pertanyaan Siapa Aku karena jawaban siapa aku ini akan menemukan kita pada siapa yang memiliki Si Aku tadi. Kemudian ketika kita telah mengetahui Siapa Aku, lalu si Aku tahu kepada siapa  seharusnya dia takuti dan tidak.

DJODI            :(Seperti orang terbata, kelu) hari ini rasanya kami (Melihat ke Rima ) baru terbangun dari mimpi dan kami tak tahu bagaimana caranya berterimakasih kepada Bapak

PAK DOEL :Nak...pertemuan antara kita bukanlah kebetulan, suatu Zat yang Maha Kuasa telah mengaturnya, maka berterimakasih lah hanya kepada Nya.

ANDY            :(Andy melihat ke Rima & Djodi lalu melihat ke jam tangannya, Rima langsung tanggap maksudnya)

DJODI            :Alhamdulillah...dan sekarang kami minta ijin...

ANDY            :Ya Pak...kami mahu kembali ke jogya Sore ini juga.

PAK DOEL :Kalian tidak menginap di tempat pak Karyo...?

ANDY            :Tidak Pak...kedua teman ini juga masih ada tugas besok hari di jogya dan juga kami tak ingin kemalaman di jalanan, terlalu berbahaya, sering terjadi kecelakaan di malam hari karena banyak lalu lintas trayek malam Semarang-Jogya.


{Kemudian mereka minta ijin sekali lagi sebelum turun tangga rumah panggung tersebut, ketika mereka sudah siap berangkat, kali ini mereka sudah di halaman dekat tangga.Pak Doel berpesan terakhir,...}

PAK DOEL :Oh ya...Nak (Ketika di panggil nak semua mereka melihat ke arah pak Doel yang masih di atas rumah Panggung, namun pandangan Pak Doel sepecial Untuk Djodi),  “Kebahagian yang kamu cari sesungguhnya tidak lah berada jauh tidak juga dia asing, kamu tidak perlu susah-susah untuk mencarinya kemana-mana, karena dia ada di sini (Pak Doel sambil tangannya memegang dadanya agak ke kiri) di dalam bahagian terkecil dari hati kamu (Pak Doel diam sebentar) Semoga berhasil Nak”.


{Semua jadi terkesima lagi terutama Djodi, dia merasa betul Kalimat tersebut adalah special Untuk dirinya. semua mereka sempat membatu sebentar, kemudian balik arah dan pergi tanpa kata lagi, hening... Sementara Pak Doel masih tetap berdiri di atas Rumah Panggungnya menyertai mereka sampai menghilang dari pandangan mata}


Baca Selanjutnya
The 13th Room, Bagian KeEnam The 13th Room, Bagian KeEnam Reviewed by Presiden Kacho on 23.13 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.